Perlunya Terhindar dari Islamofobia bagi Anak

Islamofobia pada anak – Bukan sekali dua kali terjadi serangan bertendensi islamofobik di dunia. Apalagi sejak aksi serbuan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 silam. Kasus-kasus anti Islam mengalami peningkatan signifikan.

mengatasi islamofobia pada anak
© flickr

Salah satu korbannya adalah seorang anak kecil bernama Wadea Al-Fayoume berusia 6 tahun yang tinggal di Amerika Serikat.

Harus kehilangan nyawanya oleh pemilik kontrakan tempat orangtuanya tinggal.

Aksi tersebut jelas sangat keji dan penuh kebencian. Lantas apa yang mesti orangtua lakukan? Apakah orangtua di Indonesia juga perlu mencemaskan hal tersebut?

Pengertian Islamofobia

Secara definitif, islamophobia dapat kita artikan sebagai perasaan kuat yang bersifat negatif terhadap Islam dan muslim.

Manifestasi dari kebencian ini bisa berupa hate speech, bias, diskriminasi, hingga tindakan yang secara fisik melukai orang Islam.

Di Amerika Serikat, islamophobia sebetulnya sudah mengakar sejak dahulu kala.  Pada dekade 1930an, banyak imigran muslim yang ditolak di negeri Paman Sam tersebut. 

Berikutnya pasca serangan 11 September, Amerika juga mengalami gelombang anti Islam yang demikian kuat.

Ditambah lagi, negara ini memiliki kebijakan luar negeri yang melegitimasi “war on terror” yang menyebabkan penderitaan di kawasan mayoritas muslim.

Kondisi ini semakin buruk karena islamophobia sering dikaitkan dengan ras dan etnis tertentu.

Alhasil, orang-orang Arab Kristen dan orang-orang India yang beragama Sikh pun kerap mendapatkan diskriminasi karena dianggap “teroris muslim.”

Kenapa Orangtua Perlu Mengatasi Islamofobia?

Negara-negara barat, baik itu Eropa maupun Amerika memang memiliki masalah dengan sentimen negatif pada orang kulit berwarna khususnya yang beragama Islam.

Untungnya, cukup banyak masyarakat dari kedua benua ini yang menyadari bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang salah.

Pertanyaannya, apakah fenomena ini juga perlu antisipasi bagi orangtua Indonesia? 

Indonesia ialah negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia. Muslim di negeri ini adalah mayoritas dengan persentase 87%.

Meski demikian, orangtua Indonesia pun ternyata juga perlu mengajari anaknya untuk lepas dari pemikiran islamofobik.

Pasalnya, barat memiliki pengaruh luar biasa pada berbagai lini kehidupan masyarakat. Konsumsi media barat yang masif bisa berujung pada kebencian pada Islam yang dialami anak-anak dalam negeri.

Tanpa filter yang baik, konsumsi media barat bisa membuat anak mengalami “self-hatred” atau kebencian pada diri sendiri.

Bila dibiarkan, anak akan mengalami krisis identitas dan mengadopsi budaya barat yang justru membenci akar keagamaannya.

Belum lagi, bisa jadi suatu saat anak Indonesia akan pergi ke luar negeri untuk belajar atau bekerja.

Tanpa bekal pemahaman akan fenomena islamofobia, anak bisa shock sehingga orangtua perlu mewanti-wanti sejak dini.

Cara Mengatasi Islamofobia pada Anak

Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyebut bahwa setidaknya 35% siswa muslim di negeri Paman Sam pernah mendapati kawannya menuliskan retorika anti Islam di media sosial. 

Karena itulah, CAIR menyatakan anak-anak Amerika perlu mendapat pendidikan tentang berbahayanya islamofobia.

Perlunya edukasi bagi Anak-anak untuk mau “speak up” atau bicara saat melihat tindakan islamophobic.

Baca Juga : Waspada! Sibling Bullying Sebabkan Mental Anak Jadi Rentan

Bagi anak-anak muslim sendiri, Farida Mallah, asisten direktur Teaching While Muslim, menyatakan bahwa orangtua harus mengajari buah hatinya untuk lebih bangga dengan identitas keislamannya.

Anak-anak muslim, dengan kata lain bukan hanya harus berani speak up saat mereka terdiskriminasi.

Mereka juga harus bisa menghormati akar keagamaan orangtuanya supaya tidak merasa inferior. Hanya dengan cara tersebutlah, orangtua bisa mengatasi islamofobia dalam pikiran anak-anaknya.

Categorized in: