Membangun Ketahanan Mental Anak : Resep Resiliensi dari Keluarga & Lingkungan Terbaik – Dalam beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental anak di Indonesia menjadi perhatian serius. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat peningkatan kasus kekerasan emosional dan tekanan psikologis pada anak, terutama pasca pandemi.
Mental Anak Penting, Berikan Kontribusi Efektif Lingkungan Kondusif
Kondisi ini menunjukkan pentingnya membangun ketahanan mental atau resiliensi sejak anak-anak, sebagai bekal menghadapi tantangan hidup yang kian kompleks. Namun, apa sebenarnya peran keluarga dan lingkungan dalam upaya membentuk resiliensi ini?

1. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Inklusif untuk Membentuk Identitas Positif
Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan psikologis mereka. Ketika sekolah mampu menciptakan ruang belajar yang aman, menyenangkan, dan bebas diskriminasi, anak-anak akan merasa diterima dan nyaman mengekspresikan diri.
Menurut teori Erik Erikson, anak usia sekolah berada dalam fase industri versus inferioritas. Pada fase ini, mereka membutuhkan pengakuan dan rasa berharga dari lingkungan sosialnya. Dengan sekolah yang inklusif dan menghargai keberagaman, anak-anak dapat bertumbuh dan membentuk identitas yang positif.
2. Masyarakat yang Suportif akan Membentuk Kepercayaan Diri
Masyarakat dengan jejaring sosial yang sehat dapat memberikan pengaruh positif terhadap ketahanan mental anak. Hal ini dikarenakan, anak yang terbiasa berinteraksi dengan komunitas ramah dan suportif akan merasa merasa lebih terhubung dan diterima.
Selain itu, akses terhadap layanan publik seperti posyandu, konseling sekolah, serta program perlindungan anak juga menjadi tak kalah penting. Ketika anak merasa didukung oleh lingkungan sekitar, mereka akan lebih mudah membentuk konsep diri yang sehat dan percaya diri menghadapi tekanan sosial.
3. Dukungan Orang Tua dan Keluarga untuk Membentuk Kecerdasan Emosional
Keluarga adalah lingkungan primer yang pertama kali membentuk kepribadian anak. Oleh karenanya, dukungan dari orang tua merupakan pondasi penting untuk membentuk resiliensi. Contohnya, mendengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi dapat membantu anak mampu mengekspresikan emosinya dengan baik.
Anak juga perlu diajak berdiskusi untuk mengembangkan keterampilan problem solving-nya. Selain itu, penanaman nilai-nilai positif sejak dini juga tak kalah penting agar anak bertanggung jawab, mandiri, dan punya rasa empati.
Baca Juga : Bukan Cuma Baris-Berbaris: Pembentukan Disiplin Positif dan Karakter Menurut Psikolog Anak
Sejatinya, ketahanan mental anak tidak bisa terbentuk sendiri, tetapi hasil dari interaksi antara anak dengan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh karenanya, dukungan sekitar sangat dibutuhkan agar anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, empatik, dan siap menghadapi tantangan zaman.
source :
No Comment! Be the first one.