Ternyata Efek Toxic Parenting, Bahaya Banget Lho!
Memberikan sesuatu yang terbaik adalah sebuah usaha yang perlu perjuangan lebih yang harus orangtua lakukan kepada anaknya.
Ekspetasi yang sangat luar biasa kepada sang anak untuk menjadi yang terbaik merupakan hal wajar tiap orangtua kepada anaknya.
Namun sayang, terkadang dalam praktiknya tidak sedikit orangtua yang hanya mengedepankan ambisi dan egoismenya.
Tidak melakukan pendekatan melalui tenggang rasa kepada anak, sehingga terjadinya kesalahan komunikasi yang berakibat fatal.
Kesempatan kali kita akan membahas lebih terkait toxic parenting. Berikut pemaparannya :
Mengenal lebih dalam Tentang Toxic Parenting
Sebuah pola asuh atau gaya parenting yang mana orangtua berperilaku semena-mena, memberikan rasa kasih sayang buta dan tidak ada sikap menghargai kepada anak.
Dengan kata lain istilah tersebut adalah disfunctional family. Ketika nilai romantisme keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau dalam kondisi tidak sehat.
Orangtua yang termasuk dalam jenis parenting ini biasanya mempraktikan metode yang bisa mengganggu anak bahkan mencelakakannya demi memenuhi hasrat orangtua itu sendiri.
Mereka hanya berfikir kebutuhan anak hanyalah kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan premier, sekunder dan tersier.
Mereka lupa akan kebutuhan emosional yang perlu mereka penuhi untuk anak-anaknya.
Ciri-ciri Toxic Parenting
Menurut Carelina dan Suherman (2020), toxic parent terbagi pada tiga kategori, yaitu :
Pertama – kategori yang memaknai orangtuanya toxic karena tidak ada kepedulian yang beralasan kepada anak.
Kedua – Anak memaknai orangtuanya berperilaku demikian karena mereka suka membanding-bandingkan si anak.
Ketiga – Orangtua memperlakukan anak sampai membuat si anak trauma dengan melakukan hal-hal yang buruk.
Gaya parenting ini sangatlah tidak baik, pola pengasuhan seperti ini tentunya akan menjadi sebuah penyakit yang merugikan anak dan orangtua itu sendiri.
Baca Juga : Mendidik Anak dengan Pola Asuh Anak yang Tepat
Dampak Negatif bagi Anak
Pengasuhan tersebut memberikan efek negatif yang krusial bagi anak-anak. Mereka akan merasakan penderitaan secara mental.
Anak yang mempunyai karakter penurut akan berusaha keras untuk membahagiakan orangtua nya dengan cara segala hal yang mereka inginkan.
Sebaliknya, jika anak berkarakter pemberontak maka mereka akan membangkang untuk orangtua nya.
Hal seperti itu yang terjadi sepanjang hidup anak, maka berdampak pada kesehatan mental yang terganggu.
Jika mentalnya terganggu tentunya akan berpengaruh pada perilaku anak dalam kehidupan sehari-harinya.
Pentingnya ketika seorang anak memiliki kesehatan mental yang baik adalah sebuah modal untuk anak dalam menghadapi situasi dalam kehidupanya kelak.
Cara menghindarinya
Setelah kita memahaminya, tentu perlu bagi kita untuk tahu bagaimana cara terhindar dan mengantisipasinya
Berikut tips yang dapat orangtua lakukan:
1. Kenali Karakter Anak
Orangtua adalah tempat sebaik-baiknya tempat bagi sang anak, oleh karena itu sudah seharusnya orangtua memiliki perspektif yang lebih untuk mengenali perilaku si anak.
Terkadang memang si anak suka malu untuk terbuka kepada orangtua, karena alasan takut terkena omelan atau hukuman apabila hal yang anak curahkan tidak sejalan dengan orangtuanya.
Pendekatan yang tepat tentunya akan menjadi nilai lebih agar anak dapat mengenalkan jati diri yang sesungguhnya kepada orangtua.
2. Menjaga Komunikasi yang Baik dengan Anak
Komunikasi adalah suatu aspek penting dalam berkehidupan sosial.
Tak hanya kepada anak, komunikasi yang baik berlaku pada elemen sosial mana pun. Komunikasi yang baik tentunya menjadi hal yang wajib diajarkan kepada anak.
Intensitas yang kurang dalam berkomunikasi dengan anak menjadi penyebab toxic parenting itu terjadi.
Cobalah untuk memberikan ruang dialog dan menjadikan hal tersebut sebagai waktu yang berkualitas untuk orangtua dan anak.
3. Kendalikan Emosi Anak
Rasa Emosional adalah sebagian anugrah yang telah ada pada setiap manusia.
Emosi terbentuk menjadi dua kategori, yaitu emosi baik dan emosi buruk.
Dalam pengasuhan anak terkadang orangtua suka tersulut emosi buruknya karena perilaku anak yang terkadang menyebalkan.
Namun perlu orangtua ketahui, anak memang suka melakukan hal aneh itu memang adalah cara dia untuk mengeksplor sesuatu.
Hal tersebut bisa menjadi alasan kepada orangtua untuk bisa meredam emosi buruknya agar tidak menimbulkan rasa penyesalan nantinya.
Namun apabila hal itu terlanjur terjadi, maka itu bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengajarkan anak tentang meminta maaf dan memaafkan.
4. Berikan Ruang Kebebasan pada Anak
Kebebasan disini bukan berarti melepas lalu membiarkan begitu saja apa yang dilakukan anak.
Memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu tentunya menjadi hal yang tepat dalam menghindari toxic parenting.
Memberikan kepercayaan dalam berkebebasan (yang terarah tentunya) akan menjadi sebuah pengertian untuk anak, bahwa itu bukan suatu pengekangan bagi dirinya.
Demikian penjelasan terkait pengertian toxic parenting dan tips bagaimana menghindarinya.
Dalam dunia pendidikan anak tentunya banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjadikan anak sebagai buah hati yang menjadi kedambaan.
Perihal terkait toxic parenting, lalu apa bedanya dengan Tiger Parenting ? simak pada artikel Tiger Parenting, Metode Pola Asuh dari China yang jadi Kontroversi.