Apa pentingnya hari kesehatan mental anak? – Sebuah survei yang dilakukan Verywell Mind memperlihatkan hasil yang mengejutkan. 

Survei yang diberi judul Mental Health Days & Kids tersebut menunjukkan bahwa 54% orangtua khawatir dengan kesehatan mental buah hatinya.

Lebih dari itu, 1 dari 3 responden atau 35% peserta survei menyebutkan bahwa anaknya menunjukkan gejala gangguan emosi setidaknya sekali seminggu.

Penemuan tersebut, menurut Allison Slater Tate, kita perlu menanggapinya dengan serius. Sebagai profesional yang bekerja di bidang konseling, Allison menjelaskan bahwa orangtua perlu memikirkan solusi yang tepat bagi anak-anaknya.

Hari Kesehatan Mental Anak Jadi Solusinya

Seorang anak tingkat SMA bernama Abby menyatakan pada Allison bahwa ia tak memiliki hari khusus untuk menyegarkan pikirannya.

Sebagai siswa yang belajar di sekolah prestisius, International Baccalaureate, ia merasa gugup bila sampai tidak hadir di sekolah. Sebab itu artinya ia akan ketinggalan pelajaran selama seminggu.

Saat ditanya Allison bagaimana ia menyegarkan pikirannya, Abby menjawab bahwa ia akan menunggu waktu sampai dirinya benar-benar jenuh. Barulah saat itu, ia merasa perlu beristirahat.

Hal yang Abby lakukan adalah fenomena umum di kalangan siswa berprestasi. Padahal bagi Allison, para siswa tersebut tak perlu harus menunggu kondisinya merasa jenuh untuk menyegarkan pikiran.

Mereka bisa mengalokasikan waktu khusus untuk memperbaiki kesehatan mentalnya.

kesehatan mental anak
© pexels

Manfaat Hari Kesehatan Mental Anak

Sesekali tidak masuk sekolah untuk menyegarkan kembali raga dan pikiran ternyata memberikan dampak yang signifikan.

Masih dari survei Verywell Mind, mengalokasikan waktu untuk “hari kesehatan mental” terbukti berimbas positif bagi 77% anak yang menjalaninya.

Sebagai akibatnya, performa anak justru semakin membaik. Banyak guru di Amerika pun sudah menyadari kebermanfaatan tersebut.

Mereka menganggap tidak masuk sekolah untuk menjaga mental sama validnya dengan tidak masuk sekolah karena alasan lain seperti sakit fisik.

Bahkan tak sedikit guru yang mendukung orangtua serta anaknya untuk sesekali tidak masuk sekolah agar bisa menyegarkan pikiran.

Apalagi saat ini, beban belajar dan kompetisi pasca sekolah juga demikian berat. Belum lagi, dunia sedang riuh dengan berbagai isu besar yang dapat mempengaruhi psikis anak.

Dukungan Orangtua di Hari Kesehatan Mental Anak

Mengalokasikan waktu khusus untuk hari kesehatan mental anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. 

Mayoritas responden yang disurvei Verywell Mind menyebut bahwa hari tersebut umumnya dihabiskan di rumah. 

Tak lebih dari setengah responden yang menghabiskan waktunya berlibur di alam atau di rumah temannya.

Dr. Spannagel menjelaskan bahwa bagi orangtua, hal terpenting yang harus mereka lakukan adalah mendukung cara anak menyegarkan pikirannya.

Jadi bila anak ingin tidur atau sekadar main video games, orangtua tak perlu menyalahkan.

Namun, di sisi lain, bila anak perlu tempat untuk bicara, orangtua jelas harus lebih proaktif.

Sebab, tak jarang anak menghadapi masalah dengan teman-temannya yang membuatnya ingin berkeluh kesah dengan keluarga.

Memberikan saran agar anak lebih segar secara psikis juga tak ada salahnya. Usulkan saja pada anak untuk mencoba berkebun, jogging, membuat kue, hingga memainkan alat musik. 

Baca Juga : 7 Dampak Buruk Akibat Anak Kecanduan Gadget, Yuk Hindari!

Perlunya Pengawasan

Meski hari kesehatan mental anak adalah sesuatu yang baik, namun orangtua dan guru tetap perlu berhati-hati.

Jangan sampai, buah hati memanfaatkannya untuk bermalas-malasan atau menghindari tes. 

Hari tersebut seyogyanya dialokasikan agar psikis anak membaik untuk menghadapi rutinitas selanjutnya.

Dr. Spannagel menyarankan agar hari kesehatan mental anak dialokasikan 1-2 kali dalam periode waktu tertentu. Orangtua juga harus senantiasa mengawasi agar anak tak menyalahgunakan waktu tersebut.

Categorized in: