Hindari Kebiasaan Berbohong Kepada Anak.
Apabila ingin menanam nilai kejujuran pada diri anak, janganlah sebuah kebohongan kepada anak menjadi sebuah kebiasaan.
Sayangnya, tidak sedikit orang yang berperan ganda di dalam rumah tangga sehingga menjadikan sebuah kebohongan sebagai jalan pintas.
Selain berperan sebagai ayah atau ibu, mereka juga berperan sebagai pemberi harapan palsu *PHP
Janji adalah suatu yang serius di mata Anak.
Banyak sekali orang tua berbohong, menjanjikan atau mengimingi sesuatu kepada anak namun pada akhirnya tidak dipenuhi.
Walau dengan alasan memang tidak ada uang atau ingin membiasakan anak untuk hidup berhemat.
Alasan tersebut tentunya tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.
Kebohongan tetaplah kebohongan, dan itu adalah suatu sikap yang tidak baik untuk dilakukan oleh orang dewasa apalagi diajarkan kepada anak.
Semakin sering orang tua berbohong/melanggar janji kepada anak, maka tanpa disadari berbohong itu diperbolehkan menurut si anak.
Bahaya sekali nanti pada masa dewasanya, kebiasaan berbohong itu dipraktikan pada kehidupan sosial.
Baca juga : Buya Hamka : Tentang Anak Suka Berbohong
Kerugian adalah Dampak dari Kebohongan
Berbohong atau melanggar janji merupakan suatu akar dari suatu masalah pada kehidupan nyata.
Tentunya kita mengharapkan anak-anak kita tidak terjebak pada suatu masalah yang penyebabnya justru kita ajari dari kecil.
Jujur Tidak Butuh Keterampilan, Bohong Butuh Keterampilan
Alangkah baiknya orang tua tidak banyak janji kepada anak.
Meskipun mereka terlihat masih kecil namun kepekaan hati mereka melebihi dari orang dewasa.
Kepolosan anak jangan sampai ternodai oleh akibat sifat “menggampangkan” dari orang tua.
Bersikap jujur dengan apa adanya tentu lebih mudah bagi orang tua untuk menyenangkan hati anak, tanpa harus memutar kepala untuk mencari cara berbohong.